Dan tidaklah kan bisa tuk merajutkan syair
Sedang kata-kata saja menghilang anasir
Namun jemari dan bahasa senyap mengalir
Hingga tak jua di jamahkan rotasi alam pikir
Mungkin saja di jalankan ke sebalik dzikir
Dan angin angin jiwa menepi tanpa semilir
Sungguh hening di atas pintu yang berakhir
Mau-mau yg menjadi malu di puncak rindu
Dan segala tahu menjadi sajadah memadu
Seperti kuncup bunga pd senja menyahdu
Sungguh aku aku seperti wangi tak beraku
Mesra yg tak lagi dengan kata kata meragu
Tak seperti ahli kitab ceritakanNYA berdebu
Yaa ilaahi.. yaa wajiibul wujud
Mungkin mereka kata sekedar nama-nama
Dari terdalam bumi hingga ke ujung langit
Atau sesembahan yang memerlukan mata
Tiadalah jua kan melihat wajah agungMU
Melainkan aku aku yang telah berkorban
Yang seperti hewan hewan sesembelihan
Meresapi lorong-lorong kemesraanMU
Darah yang mengalir patuh titah Raja
Berikan hangat cintaNYA kepada raga
Mengerlipkan syaraf seumpama bintang
Suguhkan ribuan nikmat di semesta diri
Terbang dan layangkan hayal dan rasa
Menjadi aroma syurga syurga di keramaian
Dan perlahan "aku" datang di atas bintang
Berkendara waktu & berpedang ilmu - ilmu
Menjadi perayu dan pembisik Tuhan tuhan
Merajai langit langit dgn ma'rifat nan semu
Mendidihkan lautan darah membakari Jati
Merubah wujud yang lain selain ada-KU
Yang tak jua terjamah arti arti dan makna
Melainkan penanda nyata dan juga rahsia
Tetes dan tumpahkan darah yg menyala
Seumpama sembelihan yg di Qurbankan
Yang menghewan pada jagat diri yg damai
Hingga kesabaran pun jua milik assabuur
Menanti aliran zam zam Maha Penyayang
Degub ini berbicara pd malam pengantar lelap
Dalam orkestra hening mengidungkan senyap
Di iring denting jam melodikan rindu mendesap
Deraian cinta kini telah mendekat di ujung ucap
Dan mengawali naskah suciNYA dari mihrab..
Arjuna menjadi mati dengan keangkuhan rasa
Yg berdawai sakti dengan mantera para petapa
Sang Dewi takkan tercuri pada tertulis rahsiaNYA
Walau rayu terbentang hingga puncak purnama
Dengan hujaman anak panah meromansakan jiwa
Duhai syahadah cinta kan terbit pada kutub qalbu
Memancar pada ijab kesucian dan ayat keEsa-an
Aku kan menjadi saksi ketika noktahNYA menjadi
Hingga akan terbaca bahasa dari atas bahasa..
Bahwasanya aku mencintaimu dengan cintaNYA
Tentang manja.. canda.. celoteh rindu..
Yang pernah terlukis di lembaran angan
Akan hangatmu.. diam.. juga merajukmu
Yang dahulu adalah bintang di dinding hati
Hingga malampun menyaksikan degupan
Dan artikan bahasa roman yang mendongeng
Dengan detik menyairkan kristal kristal cinta
Yang kini mencair mengalir ikuti samudera
Tinggalkan perlahan pantai pasir putih
Bingkisan hidup yang telah menjadi kosong
Malam ini adalah cerita yg membawa salju
Membisukan nyanyian bunga Adelweis...
Yang pernah tersaji indah & menjiwai hari
Dengan bayangan Estusae mendesapi qalbu
Yang masih tertinggal untuk di dekap mesra
Bunga kecil yang beranjak merajut kelopak
Pelipur gurat gurat langkah yang terhempas
Patah dan tersiram tangisan yang membisu
Duhai sang diam di ujung malam malam
Biarlah getar getar merafalkan doa suci
Mengetukkan pintu langit bukakan terang
Menghapuskan noktah cinta nan semu
Hingga restu bumi ke penghujung hayat.
(barly al-Qalbu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan masukan komentar anda..
(^_^)