Translate

... SENYUM DI PUNCAK BUKIT ...

Titi meniti diri menapaki riuh gemuruh dan sunyi
Merasuk-rasuk lorong bathin hari berganti hari
Kembalikan suci yang dianugerahi ilaahi
Ketika langit dan bumi belum diketahui diri ini

Sang waktu dan ruang yang menggiringi jiwa
semenjak bayi diperut ummi
Memapah, membentuk, menghempas-hempas
memberi sejuta arti
Di pancarkan ilmu tentang alam disana dan disini
Hingga pun meluas ruah ilmuNYA laksana
samudera ta' bertepi

Duhai sang diri..
Tiada tempat sembunyi, pun jua
semua tempat adalah milik yang maha suci
aku-aku yang di titipi, ta' lah pantas
menyombong diri
Walau seindah samudera yang
memantulkan birunya langit
Perahu ilmu pun tertengkup di hadhirat
pemilikNYA
Habislah sudah apa yang di ketahui
Bahwasanya semua ilmu milikNYA..

Sepi sunyi diri... Beku dan kelu jua melayu..
Sang
bukit ego runtuh di telan ilmu dan cahayaNYA
Ta' kuasa angkat bicara, pun jua semua kata
empuNYA..
Maka... Dalam kehancuran sang akuan.. DIA pun
bertahta dan bertitah pada hambaNYA yang
membisu kaku...

"Katakanlah.. Dia lah Allah tuhan yang maha Esa."

Menderai tangis dalam kaku hamba, akan kesucian,
keagungan, kemulyaan, kebesaranNYA.. Laksana
tangis bayi menyambut alam saat keluar dari
rahiim bunda. Bukan tangis sedih, bukan pula tangis pilu atau pula bahagia nya rasa. Tapi tangis akan "ke
Maha_anNYA". Yaa jaljalallaahu....
Hingga jiwa pun d anugerahi senyum syahdu
pada sang kekasihnya...
Salaam...
(barly al-faqir)